Trend batu akik tengah menempa orang-orang Indonesia, tidak kecuali di lokasi Timur Indonesia yaitu Propinsi Papua.

Demam batu akik yang menempa Kabupaten Jayapura serta sekitarnya sudah menggerakkan perekonomian warga, juga sudah tingkatkan nilai batu lokal, kata staf peneliti Balai Arkeologi Jayapura, Hari Suroto di Jayapura, Papua, seperti diambil dari Pada, Selasa (14/4).

Tetapi, trend itu nampaknya mulai membahayakan budaya setempat, satu diantaranya eksistensi kapak batu asal Sentani, Jayapura, Papua. Juga sebagai benda budaya, kapak batu umum dipakai warga sentani juga sebagai alat ganti serta mas kawin.

Warga yang keranjingan batu akik mulai jadikan benda budaya itu juga sebagai tujuan pembuatan batu akik. Suroto menyampaikan, kapak batu yang disebut benda cagar budaya itu akhir-akhir ini dipotong kecil-kecil untuk lalu di jual juga sebagai bahan bikin batu akik.

" Pemotongan kapak batu jadi batu akik marak berlangsung di Sentani, " tuturnya.

Penjualan batu akik dari potongan kapak batu itu bisa tampak di jalan masuk ke arah Bandara Sentani ataupun di sentra-sentra penjualan batu akik yang ada di Jayapura.

" Hal semacam ini bila dilewatkan terus-terusan, jadi di kuatirkan kapak batu bakal punah, " tuturnya.

Menurut Suroto, kapak batu adalah peninggalan nenek moyang yang banyak dipunyai warga Sentani, sampai saat ini masih tetap dipakai juga sebagai mas kawin dalam acara kebiasaan.

" Kapak batu terbuat dari batu yang datang dari Gunung Cyclops berwarna hijau, type batu ini banyak diminati oleh customer batu akik, " tuturnya.

Alumnus Kampus Udayana Bali itu menyampaikan, butuh kerja sama beragam pihak supaya kehadiran kapak batu asal Sentani terus terbangun. Satu diantaranya yaitu dengan dibuatnya ketentuan daerah yang melarang kapak batu jadikan juga sebagai batu akik.

" Diluar itu butuh sosialisasi Undang-undang Nomer 11 th. 2010 perihal cagar budaya, " tuturnya.

Post a Comment

 
Top