Keseharian Anita Anggraini (29), penemu batu sapta warna di Malang, Jawa Timur bekerja juga sebagai seseorang petani. Saat ini berbarengan keluarganya dia tengah menanam cabai, seperti beberapa petani lain. Dia sekalipun bukanlah penyuka akik.

Karenanya, demikian temukan batu itu, Anita menyimpannya saat sebelum lalu membawanya ke salah seseorang rekan yang suka pada dunia bebatuan. Mulai sejak waktu itu, dianya tahu bila batu itu mempunyai nilai tinggi.

" Tuturnya memiliki tiga kandungan unsur bebatuan, saya lupa namanya. Mulai sejak waktu itu baru tahu bila batu itu bernilai, " kata Anita Anggraini di tempat tinggalnya di RT 6 RW 2, Dusun Pabrikan, Desa Jambesari, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Rabu (12/5).

Abi Derin, pengrajin batu akik yang juga rekan Nita mengungkap, batu yang diketemukan dirumah Anita, mempunyai tiga unsur bebatuan yaitu kalsoedoni, indugris serta jesper. Ketiga unsur itu yang bikin batu itu mempunyai tujuh warna.

" Ke tujuh warna yang diketemukan dalam batu tersebut di antaranya biru, paling menguasai, lalu kuning, abu-abu, merah, hijau, coklat serta putih, " kata Abi.

Batu itu, kata Abi, semestinya memanglah mesti diuji ke laboratorium. Butuh diuji tingkat kekerasannya dsb. Tetapi dengan cara kasat mata keunikannya telah dapat diketemukan dari banyak warna.

" Batu ini mempunyai kekhasan sendiri, terlebih dari warna yang banyak. Umumnya cuma lima warna, namun ini hingga tujuh. Bila type batunya belum konsultasi ke laboratorium, " tuturnya.

Abi juga menyatakan, bila dalam dunia akik atau bebatuan, tak ada sebagai standarisasi harga. Orang yang suka pada type batuan spesifik bakal beli dengan harga berapakah juga.

" Bila berapakah harga yang layak, belum dapat memastikan. Kita tidak paham apakah batu type seperti ini ada ditempat lain atau cuma di Poncokusumo, " tuturnya.

Nita pada 7 Mei temukan batu yang lalu dikatakan sebagai batu sapta warna. Batu itu sebesar bayi dengan berat 9, 5 kg.

Post a Comment

 
Top